MEDAN-analisatoday.com- Akademisi Universitas Sumatera Utara (USU), Roy Fachraby Ginting menyebut, hilangnya Mata Pelajaran Pendidikan Moral dan Pancasila (PMP) dari dunia Pendidikan menjadi salah satu penyebab hilangnya moral atau etika bagi calon pemimpin yang akan berkontestasi dalam Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024.
Bukan tanpa alasan, akademisi yang aktif dalam pengembangan aksara karo itu menilai, seseorang yang berkeinginan besar menjadi Kepala Daerah tidak harus memiliki Ilmu pengetahuan tetapi harus memiliki uang yang banyak. “Tidak perlu moral, tidak perlu etika, yang penting punya uang yang banyak. Bisa jadi Bupati, Wakil bupati, Walikota, Wakil Walikota, Gubernur dan Wakil Gubernur,”kata dia.
Setali tiga uang, sambung dia, didalam dunia Pendidikan saat ini, untuk menjadi seorang Guru besar tidak harus mengabdikan dirinya di kampus tetapi cukup dengan kekuasaan, kedudukan dan uang saja maka seseorang itu bisa menjadi Guru besar. “Untuk bisa jadi Guru besar itu, tidak harus memiliki kapablititas dikampus, melakukan penelitian dan atau membuat suatu inovasi baru dalam Ilmu pengetahuan, sudah bisa jadi Guru besar. Cukup dengan sebuah kekuasaan atau kedudukannya sebagai pejabat penting, sudah bisa jadi Guru besar,”ujarnya.
Bahkan, tambah dia, banyak diantara pejabat atau yang saat ini menjadi calon pemimpin tidak punya ijazah. “Ijazah pun bisa dibeli. Kalau bahasa ekstrimnya tak perlu sekolah pun dapat Ijazah yang penting pernah sekolah itu sudah lebih dari cukup,” sebutnya.
Sehingga, masih kata dia, apa yang selama ini disebut-sebut oleh sahabatnya Rocky Gerung di dalam berbagai kesempatan bahwa, Ijazah itu adalah tanda bahwa seorang itu pernah sekolah bukan tanda bahwa seseorang itu pernah berfikir. “Ini menunjukkan kualitas. Apa yang disebut sahabat saya Rocky Gerung itu benar. Bahwa, Ijazah itu adalah tanda kalau seseorang itu pernah sekolah, bukan tanda bahwa seseorang itu pernah berfikir. Karena untuk menjadi pejabat dan Guru besar pun tak perlu pikiran tetapi cukup dengan adanya Ijazah, jadilah penguasa,” ungkapnya.
Sehingga, masih kata dia, cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara untuk mengembalikan Pendidikan pada Khittahnya masih jauh panggang dari api. “Cita-cita luhur dari Ki Hadjar Dewantara ibarat pepatah, masih jauh panggang dari api. Bahkan, menurutku saat ini kita seperti sudah terjebak dalam kegelapan dunia Pendidikan,”pungkasnya. Frans Marbun